Meranti, sebuah kabupaten yang saat ini masih terombang ambing ibarat kapal tanpa Nakhoda dimana para penumpang sedang memikirkan dengan penuh tanda tanya siapakah sosok Mahluk setengah mulia untuk memimpin Secuil negeri ini.. masa transisi dimana beberapa saat lagi akan muncul polemik baru dimanakah layaknya letak ibukota kabupaten? sejalan dengan itu pesta demokrasi perebutan kursi yang konon akan menjadi wakil rakyat sudah diambang pintu,,,,,, dimana-dimana-dimana ada saja poster-poster mereka-meraka para caleg (calon leguh-legah) berserakan dan melekat dimana ada tempat untuk melekat, kalau dipikirkan tidak sedikit dana yang harus dikeluarkan untuk poster-poster, spanduk, bendera partai. cobalah dipikrkan dalam jarak 5 meter pasti ada poster anggaplah kita hitung dalam satu lembar poster Rp.1500, berarti dalam 10 meter memakan biaya 3000, dan berapa kilometer pinggiran jalan yang ada diselatpanjang ini? mungkin mencapai milyaran dana dikeluarkan untuk cita-cita yang belum pasti,,,, dan siapa saja yang akan tertarik melihat poster itu? mungkin masyarakat hanya akan melihat dengan sekilas pandang lalu lupa siapa nama yang dipandangnya. mata hampir merasa bosan karna hari-hari hanya penuh dengan pemandangan poster caleg.... yang menyedikan lagi keindahan kota akan menjadi surut karnernanya. mungkinkah semangat berlomba poster itu pantas untuk julukan mereka? sebenanrnya itu bukan kesalahan mereka para caleg.... tapi kelupaan pemimpin daerah setempat (meranti belum ada pemimpin) atau dari petugas panwaslu yang harus membuiat peraturan untuk ketertiban poster...... gimana tidak aneh banyak yang jadi korban poster nempel di tiang listrik, di gapura, dinding pertokoan, pohon kayu (bakah ada yang ditempat sampah) seandainya mereka (pohon,tianglistrik, dinding2 toko) bisa protes pasti meraka akan protes. bahkan sudah dipasang tidak dirawat..... wah-wah-wah lain halnya dengan sepanduk kebanggaan... mungin perlombaan sepanduk juga sudah dimulai Semakin tebal isi kantong si caleg, semakin besar ukuran spanduknya dan banyak jumlahnya di berbagai sudut kota. Caleg yang kantongnya pas-pasan cukup puas membuat spanduk yang berukuran mini, bahkan yang menggelikan juga ada yang hanya seukuran kertas A4 (poster) yang ditempel di tembok-tembok, mirip seperti iklan pemilihan Ketua RW. Pemilu kali ini juga makin menegaskan bahwa yang bisa menjadi caleg hanyalah orang-orang kaya saja. Untuk menjadi caleg di parpol saja mereka tentu telah menyetor “uang mahar” yang besar agar dapat nomor “jadi” (beberapa partai masih menerapkan jatah kursi DPR/DPRD berdasarkan nomor urut caleg, sebagian lagi berdasarkan suara terbanyak yang diraup sang caleg). Setelah terdaftar menjadi caleg di Parpol, mereka harus mengeluarkan uang lagi untuk kampanye parpol dan kampanye dirinya. Betul-betul menguras kekayaan pribadi caleg (tak apalah, nanti juga bakal tergantikan dengan gaji dan tunjangan caleg yang jumlahnya tidak terhitung, mulai dari yang resmi hingga yang tidak resmi).......... Caleg-Oh caleg.......... kami hanya bisa mendoakan ketulusan cita-citamu...... cita-cita mu yang sehebat SUPERMAN..
uuuhhhhhh....... sangat menggelikan sekali tampilan poster ini....... jika ada turis datang indonesia akan ditertawai karna keanehan ini....... mungkinkan pemilik poster ini pernah bermimpi menjadi superman ataw yang lainnya bat-man,,,,,, ROBINHOOD yang belum muncul,,,,, saya pribadi asebagai anak bangsa MERASA MALU Dengan hadirnya POSTER CALEG SUPERM-MAN........ mungkinkan ini melambangkan sifat kekanak-kanakan calon seorang pemimpin bangsa ini?
uuuhhhhhh....... sangat menggelikan sekali tampilan poster ini....... jika ada turis datang indonesia akan ditertawai karna keanehan ini....... mungkinkan pemilik poster ini pernah bermimpi menjadi superman ataw yang lainnya bat-man,,,,,, ROBINHOOD yang belum muncul,,,,, saya pribadi asebagai anak bangsa MERASA MALU Dengan hadirnya POSTER CALEG SUPERM-MAN........ mungkinkan ini melambangkan sifat kekanak-kanakan calon seorang pemimpin bangsa ini?
No comments:
Post a Comment